PERMAINAN TRADISIONAL
A. LATIHAN PEMANASAN
HOK A HOK E ULO BANYU
Permainan : hoka hok e ula banyu
Artinya : ingin memiliki sesuatu yang bukan miliknya dengan cara merebut paksa
Asal-usul permainan
Permainan hok a hok e ulo banyu berasal dari desa Gunturan,Triharjo,Pandak,Bantul. Permainan ini biasanya dilakukan pada malam hari saat bulan purnama. Permainan ini dulu dilakukan oleh semua anak-anak di Desa Gunturan tanpa terkecuali,dari nak para petani hingga anak para pejabat diwaktu itu.
Alat : tidak menggunakan
Fasilitas : halaman rumah yang agak luas
Peserta :
Jumlah : tidak terbatas
Jenis kelamin : tidak membeda-bedakan jenis kelamin
Usia : Antara 10-15 tahun
Iringan Lagu : Menggunakan
Tetapi sebelum iringan lagu terlebih dahulu dilakukan percakapan seperti berikut :
- Nini njaluk anyu
- Wadahmu opo
- Godhong lumbo
- Gathel godhongmu
- Tambani gulo batu
- Lehmu jukuk ngendi
a. Babraganmu
b. Ancik-ancikmu opo
a. Watu item
b. Ghetelmu opo?
a. Carang gumantur
b. Iming-iming aku duwe anak kuning
a. Tak jaluke
b. Ora oleh
a. Tak ijoli po
b. Opo-opo ora oleh
a. Oleh ra oleh tak jaluk
Jalannya permainan
Pertama-tama dilakukan hompimpah untuk menentukan siapa yang menjdai perebut,setelah mendapatkan seorang perebut yang lain segera berbaris satu berbanjar kebelakang dan saling memegang pundak teman yang berada di barisan paling belakang. Dan anak yang berada dibariskan paling depan dimaksudkan sebagai orangtua yang harus melindungi anaknya agar tidak direbut. Permainan ini akan selesai jika perebut berhasil menangkap anak yang berasa di barisan paling belakang. Jika dalam barisan itu sampai terlepas,permainan tetap berlanjut dan barisan yang terlepas harus segera bersatu kembali.
Tanggapan masyarakat
Dimasa dulu masyarakat sangat senang dengan permainan ini ,karena permainan ini menggambarkan setiap orang tua harus bisa melindungi anaknya dari ancaman yang akan membahayakan keselamatan anaknya.
Sumber
Nama : Samiyem
Umur : 70 tahun
Alamat : Gunturan,Triharjo,Pandak,Bantul
B. LATIHAN INTI
OBAK SARUK
Alat : Kreweng (pecahan genting)
Lapangan/tempat bermain : Membuat garis ditanah (lantai) berbentuk empat persegi panjang dan dibagi 6 ruang.
Pemain : Anak putri saja,tetapi anak putrapun boleh ikut,juga boleh
campuran,banyaknya pemain dua orang anak.
Tujuan : Seperti sondah mandah
Hukuman/denda : Seperti sondah mandah
Istilah permainan :
1. “gacu” sekeping genting yang disodok(didorong) dengan ujung jari kaki
2. “engklek” Berjalan dengan satu.artinya : kaki yang satu dipegang tangan atau diangkat (ditekuk kebelakang),kemudian berjalan dengan cara meloncat-loncat
3. “Dgembu”,dipukul dengan genggaman tangan.
Peraturan bermain :
- Tiap pemain harus berjalan dengan engklek
- Gacu harus didorong (disook) dengan ujung jari kaki dalam posisi engklek
- Gacu yang tepat berada digaris atau diluar garis,dinyatakan mati
- Pemain yang dapat menyelesaikan langkah pertama sampai langkah ke-4 dikatakan punya sawah
- pemain lain yang melewati sawah itu harus “menyea” dengan ara “Digembu”
Cara bermain :
Gacu kedua pemain harus diletakan di ruang 1 (jangan berdempetan,supaya jangan sampai bersinggungan). Kemudian kedua pemain sut. Yang menang main lebih dulu. Misalnya : Yang menang A,akan A harus berdiri diruang bebas. Pemain lalu meju melangkahkan kaki ke ruang 1,persis di depan gacunya sendiri. Kemudian ujung jari kaki kanan “nyarug” (menyodok,mendorong) gacu itu. Kaki kiri ditekan keatas atau dipegang oleh tangan kiri. Jadi,satu kaki ditekuk satu kaki untuk mendorong. Gacu harus masuk keruang 2. Bila tepat berada di garis atau bahkan diluar ruang permainan.dinyatakan mati (diganti pemain berikutnya). Setelah gacu berada di ruang 2,pemain maju lagi dengan cara engklek dan mendorong gacu,supaya masuk keruang 3. Pemain engklek lagi dan mendorong gacu keruang4. Kemudian pemaian masuk keruang 4 dengan bebas (tanpa engklek). Lalu gacu diambil dengan tangan dan diletakan di ruang 5. Pemain engklek lagi maju keruang 5. Dan mendorong gacu keruang 6. Pemain engklek lagi maju. Mendorong gacu lagi keluar.setelah itu pemain keluar dengan bebas(tanpa engklek). Sampai disini A baru menyelesaikan “mek ji” (ambil satu). Kemudian dilanjutkan dengan “mek ro” (ambil dua). “Mek lu” (ambil tiga) dan seterusnya sampai “mek nem” (ambil enam). Dari “mekji” sampai “mek nem” ini A baru menyelesaikan 1 langkah. Permainan dilanjutkan dengan langkah kedua,yaitu dengan meletakkan gacu ditelapak tangan kanan sebelah atas (punggung ttangan),dan terus engklek maju sampai keruang 4,bebas. Pemain engklek lagi sampai keluar kembali keruang bebas. A lalu memindahkan gacu ketelapak tangan kiri sebelah atas (punggung tangan,kembali engklek sampai kembali ke ruang bebas). Sampai disini A telah menyelesaikan 2 langkah. Langkah 3,A meletakan gacu di telapak kaki kanan sebelah atas. Selesai satu putaran,A ganti meletakan gcu di telapak kaki kiri. Langkah ke 4 mengambil sawah,caranya : membelakangi lapangan melemparkan gqacu ke belakang. Tempat gacu jatuh,disitulah pemain B harus melompati sawah A. Bila sampai terinjak B harus membayar sewa,yaitu dengan “digembu”(dipukul dengan genggaman tangan.
Taktik
Tidak ada taktik permainan ini,siapa yang tangkas pasti dapat mendapat swah lebih dulu,yang berarti ,mendapat sewaan.
Catatan
Permainan ini biasa dilakukan pada siang hari,tetapi dapat pula dilakukan pada malam hari asal terang.
PENDINGINAN PENUTUP
TONG-TONG BOLONG
a. Nama permainan : Tong-tong Bolong
b. Latar belakang
- Asal-usul permainan dari Jawa khususnya jawa tengah
- Sosial ekonomi: biasanya dimainkan oleh kalangan menengah,menengah kebawah
- Ditemukan di Mojohuro,Imogiri,Bantul
c. Alat Dan Fasilitas
Tanpa menggunakan alat,tempat bisa dilapangan atau ruangan.
d. Peserta
- Jumlah : Tak terbatas
- Usia : 6 sampai 13 tahun
- jenis kelamin : Permainan biasanya dimainkan oleh anak perempuan dan laki-laki
e. Iringan
1. “tong-tong bolong gulu merak gulu sapi pecah ho ndhoke siji, pyah dadi selayah”
2. “ uyek-uyek ranti ono bebek pinggir kali,unine mak gogok cuit-cuit centang, serontang seranting ono maling nyolong gunting,guntinge ning pedopo,umpetno tanganmu kiwo”
3. “keduk liwet ndendeng gudel,asu manak teng gerendel,mentah mateng klebu weteng”
f. Jalannya permainan
- Tahapan permainan
1. Permainan dimulai dengan semua tangan kiri ditumpuk dengan posisi tangan menggenggam lalu ada salah satu pemain yang memimpin jalannya permainan. Setelah itu menyanyikan lagu dengan dipimpin oleh salah satu pemain dengan telunjuk jari ditaruh dan diputar-putarkan diatas tangan pemain yang ditumpuk sambil menyanyikan lagu“tong-tong bolong gulu merak gulu sapi pecah ho ndhoke siji, pyah dadi selayah” setelah syair “pyah dadi selayah” maka tangan yang menggenggam yang berada diatas tadi sudah tidak menggenggam begitu seterusnya dengan lagu yang diulang-ulang dan satu persatu tangan yang menggenggam tidak lagi menggenggam semua tangan pemain.
2. Setelah itu menanyikan lagu “ uyek-uyek ranti ono bebek pinggir kali,unine mak gogok cuit-cuit centang, serontang seranting ono maling nyolong gunting,guntinge ning pedopo,umpetno tanganmu kiwo” setelah terdengar syair “cuit-cuit centang” maka pemimpin permainan mencubit tangan pemain paling atas.Pada syair “umpetno tanganmu kiwo” maka tangan kiri yang paling atas diletakan pada ketiak. Begitu seterusnya dengan lagu diulang-ulang samapi semua tangan habis.
3. Setelah semua tangan pemain disimpan lalu ada percakapan yang dipimpin oleh teman yang ditunjuk sebagai pemimpin permainan tadi dengan mengajukan pertanyaan dan teman lainya menjadi pengembala yang menjawab pertanyaan pemimpin.
“Cah-cah angon ?“tanya pemimpin, lalu pengembala menjawab “opo”. “Tanganmu centang centing keno opo?.” ”cokot ula.” “ula opo?.” “ula dumung.” “Gedhe?.” “Sak lumbung
4. Lalu dengan bersama-sama maka menyanyikan lagu “keduk liwet ndendeng gudel,asu manak teng gerendel,mentah mateng klebu weteng” dan permainan sudah dianggap selesai.
Dalam permainan Ini tidak ada kalah ataupun menang.
g. Sumber
Informan
Nama : Bude Broto
Alamat : Mojohuro,Sriharjo,Imogiri,Bantul
Umur : 68 tahun (
Tidak ada komentar:
Posting Komentar