Minggu, 21 Juni 2009

pengolahan sampah

GCL, 29 April 2008
MAKALAH
KEWARGANEGARAAN (B)
Dosen Dra. Dyah Satya Yoga Agustin
”Pengolahan Sampah Berwawasan Lingkungan”
Oleh
CHIKA M TAMBUN 5104 100 101
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
ITS SURABAYA
Credit thanks to
Master Google
Silas S Sihotang
1
Daftar Isi
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................... 2
BAB I LATAR BELAKANG ..................................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................................ 5
1. MOTO, VISI,MISI, DAN STRATEGI .................................................................................................................. 5
2. TEKNOLOGI DAN PROSES PSBL ...................................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................................. 10
KESIMPULAN ......................................................................................................................................................... 10
SARAN .................................................................................................................................................................... 10 2
Bab I Latar Belakang
SAMPAH masih menjadi masalah di hampir semua kota di Indonesia. Mulai dari kota kecil sampai kota metrolitan sekalipun. Berbagai alternatif penyelesaian sampah telah diusahakan oleh berbagai pihak, tetapi tampaknya belum memberikan hasil yang memuaskan. Oleh karena keprihatinan inilah, maka diteerapkan suatu teknologi terapan yang diaplikasi dari berbagai teknologi canggih berbagai negara agar mendapatkan suatu teknik pengolahan sampah yang benar‐benar sempurna dan bermanfaat guna. Teknologi ini dinamakan PENGOLAHAN SAMPAH BERWAWASAN LINGKUNGAN(PSBL ).
Sampah dapat menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan lingkungan, bila sampah tidak dikelola dengan baik. Umumnya sampah kota di Indonesia terdiri dari 60 % sampah organik dan 40 % sampah anorganik. Sampai saat ini Indonesia belum memiliki sistem pengolahan sampah terpadu. Sistem pengolahan sampah hanya mengolah sampah menjadi pupuk kompos padat dan sanitary landfill di suatu TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah. Sistem sanitary landfill berbahaya, karena selain menyebabkan polusi juga dapat menimbulkan ledakan lokal.
Pengelolaan sampah membutuhkan dukungan semua lapisan masyarakat, baik masyarakat desa maupun masyarakat kota. Kebiasaan masyarakat membuang sampah ke jalan, drainase, sungai, atau danau dapat menyebabkan banjir dan menimbulkan aroma tak sedap. Selain itu, sampah dapat menyebabkan polusi dan munculnya berbagai jenis penyakit, seperti penyakit gatal, kulit, perut, diare, disentri, kolera, ISPA (infeksi saluran pernapasan atas), demam berdarah, leptospirosis, dan penyakit lainnya.
Sudah saatnya sampah kota diolah dengan menggunakan suatu teknologi berwawasan lingkungan. Dengan kata lain semua sampah diolah menjadi barang bermanfaat, sehingga aman bagi kesehatan dan keselamatan lingkungan. Secara ideal, pengolahan sampah kota dialokasikan pada 2 – 4 lokasi pengolahan. Hal tersebut bermaksud untuk meminimalkan masalah transportasi, antara lain jumlah armada angkutan sampah, risiko kecelakaan, kemacetan lalu‐lintas, polusi, serta kerusakan kendaraan dan jalan raya. 3
Pengolahan sampah berwawasan lingkungan (PSBL), menerapkan suatu prinsip zero‐waste systems seperti dilakukan oleh Jepang, Kanada, Australia, Rusia, Jerman, Hongaria, China, India, dan Korea Selatan. Dalam hal ini semua sampah diolah menjadi bahan bangunan, pakan ternak, gas methan, dan pupuk. PSBL aman bagi kesehatan dan keselamatan lingkungan, bahkan PSBL dapat dibangun pada suatu kota yang berpenduduk relatif padat atau di tengah kota. Sebagai contoh PSBL di Sapporo (Jepang), Bombay (India), Seoul (Korea Selatan), Budapest (Hongaria), dan kota besar lainnya.
4
Bab II Pembahasan
1.
Moto, Visi, Misi, dan Strategi
Layaknya sebuah proposal bisnis, PSBL juga memiliki moto, visi, misi, dan strategi yang jelas dan terarah dioperasionalkan.
1.
Moto
“Kebersihan merupakan pangkal kesehatan, sementara kesehatan adalah pangkal kesejahteraan.”
2.
Visi
“Mengubah sampah menjadi barang bermanfaat yang dibutuhkan masyarakat sekitar instalasi PSBL.”
3.
Misi
“Mengubah TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah menjadi instalasi Pengolahan Sampah Berwawasan Lingkungan (PSBL).”
4.
Strategi
a.
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan.
b.
Mengelola sampah pada sumbernya dan mengolah sampah menjadi barang bermanfaat.
c.
Mengoptimalkan efisiensi sistem transportasi sampah.
d.
Menerapkan dan mengembangkan metode PSBL yang padat karya.
e.
Menyediakan bahan bangunan, pakan ternak, gas methan, pupuk, dan bahan daur ulang.
f.
Mempererat jalinan kerjasama antar masyarakat atau instansi terkait dan memberdayakan masyarakat sekitar Instalasi PSBL.
g.
Membuat dan memelihara taman serta hutan kota dan menjaga konservasi lingkungan.
h.
Mendukung pengembangan potensi dan unggulan daerah.
5
2.
Teknologi dan Proses PSBL
Sebaiknya PSBL dimulai sejak awal, yaitu sampah sudah dipilah dan dikemas pada sumbernya, dalam hal ini perumahan, kantor, hotel, restoran, pasar, perusahaan, dan pabrik. Sampah tersebut dipilah dan dikemas menjadi 3 (tiga) kemasan; untuk sampah organik kemasan hijau, sampah anorganik kemasan kuning, dan limbah B‐3 (bahan berbahaya/beracun) kemasan merah.
Pengelolaan sampah pada sumbernya disebut pengelolaan sistem hikume (hijau‐kuning‐merah). Sistem hikume ini perlu dikembangkan ke seluruh kota di Indonesia. Sistem hikume ini tidak membuat wadah penampungan sementara menjadi kotor dan sekaligus meredam aroma tak sedap sampah. Selain itu, sistem hikume dapat mencegah kedatangan lalat dan memudahkan pemuatan sampah ke kendaraan (dump truck), untuk pengangkutan sampah dari Titik Pembuangan Sementara (TPS) Sampah ke Instalasi PSBL.
Untuk mengolah sampah dengan kapasitas 500 ton per hari diperlukan lahan seluas 6 hektar dan menyerap tenaga kerja berkisar antara 154 – 165 karyawan/karyawati (padat karya). Karyawan‐karyawati tersebut dibagi dalam berbagai klasifikasi.
Teknologi PSBL
Teknologi PSBL mengutamakan prinsip 4‐M (murah, mudah, manfaat, dan massal). PSBL menggunakan bahan lokal, dan secara keseluruhan mampu dikerjakan oleh Putera Bangsa Indonesia.
Bahan dan teknologi yang akan digunakan antara lain :
a.
Bahan bioaktif peredam aroma tak sedap menggunakan mikrobiologi.
b.
Pemilahan sampah menggunakan belt conveyor.
c.
Pembakaran sampah organik menggunakan tungku berfilter.
d.
Pencairan (melting) plastik dan polimer menggunakan pemanas.
e.
Proses fermentasi sampah organik menggunakan mikrobiologi.
f.
Pembuatan pakan ternak dan briket sampah menggunakan bahan kimia alami.
6
Proses PSBL
PSBL menggunakan prinsip zero‐waste sistem dilakukan melalui beberapa jenis proses sesuai dengan spesifikasi jenis sampah. Hal tersebut dilakukan supaya sampah dapat diolah dan dimanfaatkan untuk kebutuhan tertentu, seperti penangkapan emisi pembakaran, pembuatan bata beton, pakan ternak, gas methan, arang, briket sampah, pupuk, blok beton, dan proses daur ulang.
Bahan dan teknologi yang akan digunakan antara lain :
a.
Proses Penangkapan COx, NOx, dan Sox
b.
Proses Pembuatan Bata Beton
c.
Proses Pembuatan Pakan Ternak
d.
Proses Pembuatan Gas Methan
e.
Proses Pembuatan Arang Sampah
f.
Proses Pembuatan Briket Sampah
g.
Proses Pembuatan Pupuk Kompos
h.
Proses Pembuatan Pupuk Cair
i.
Proses Pembuatan Blok Beton
j.
Proses Daur Ulang
Tata Letak Instalasi PSBL
PSBL dengan kapasitas 500 ton per hari idealnya memerlukan lahan seluas 6 hektar. Instalasi PSBL dikelilingi pohon, lokasi antrean kendaraan angkutan sampah (dump truck), dan dilengkapi lahan percobaan pupuk organik padat dan cair yang sekaligus berfungsi sebagai zona penyangga.
Investasi Lahan, AAS dan TPS, serta Instalasi
Investasi keseluruhan PSBL terdiri dari investasi lahan, AAS (armada angkutan sampah) dan titik pembuangan sementara (TPS) sampah serta instalasi PSBL, termasuk lahan pertanian, alat angkutan, dan agen / depot pemasaran. 7
1.
Investasi Lahan
Investasi lahan untuk mengolah sampah 500 ton per hari dibutuhkan areal seluas 6 hektar. Instalasi PSBL dapat dibangun di (dekat) TPA sampah yang ada atau sesuai dengan program pemerintah daerah setempat.
2.
Investasi AAS dan TPS
Investasi AAS (armada angkutan sampah) dan TPS (titik pembuangan sementara) sampah tidak diperlukan. Investasi tersebut disediakan oleh pemerintah daerah. Sebagai gambaran untuk kapasitas sampah 500 ton per hari diprakirakan jumlah AAS dan TPS dibutuhkan sebanyak 50 AAS dan 100 TPS. Kegiatan angkutan sampah dari TPS dilakukan setiap hari dalam 3 (tiga) rit, yaitu pada pukul 05.30 – 09.30 – 11.30 atau 14.00 waktu setempat.
3.
Investasi Instalasi PSBL dan Sarana Pendukung
Investasi Instalasi PSBL dilengkapi dengan investasi sarana jalan, taman, kendaraan, alat berat, termasuk studi amdal dan sosialisasi teknologi PSBL. Dalam rangka kesinambungan investasi PSBL, sarana pendukung mencakup lahan pertanian dan peternakan, alat angkutan, serta agen/depot pemasaran.
Pendapatan Pemasaran Produk PSBL dan Retribusi Sampah
Pendapatan dari pemasaran produk PSBL didapat dari seluruh produk yang dihasilkan yaitu :
a.
Gas C0x, N0x, dan S0x
b.
Bata Beton
c.
Pakan Ternak
d.
Gas Methan
e.
Arang Sampah
f.
Briket Sampah
g.
Pupuk Padat
h.
Pupuk Cair 8
i.
Blok Beton
j.
Plastik dan Karet
k.
Kertas dan Karton
l.
Kaca, Besi, Seng, dll.
LOKASI INSTALASI PSBL DAN BIDANG USAHA TERKAIT
a.
Lokasi Instalasi PSBL
Lokasi Instalasi PSBL dapat dibangun di dekat TPA sampah atau suatu tempat sesuai dengan program pemerintah daerah, supaya keberadaan Instalasi PSBL dapat mengatasi masalah transportasi sampah di kota besar dan sekitarnya. Dengan penetapan lokasi tersebut, diharapkan semua sampah dapat terangkut ke Instalasi PSBL secara merata, dan tidak terjadi penumpukan sampah pada suatu TPS.
b.
Bidang Usaha Terkait
Instalasi PSBL (sebagai usaha inti) terkait erat dengan beberapa jenis usaha lain, baik di Bagian Hulu maupun Hilirnya. Dari Bagian Hulu, sampah, limbah pertanian, dan limbah budidaya ikan, ayam, burung puyuh, kambing, sapi, Rumah Potong Hewan, dan puing konstruksi dapat diolah menjadi pupuk padat dan cair, pakan ternak, gas methan, bata dan blok beton, serta produk lainnya.
Produk PSBL yang ramah lingkungan (pakan ternak) dapat digunakan untuk budidaya burung puyuh, ayam, itik, ikan, dan udang (di Bagian Hulu). Sementara produk pengolahan sampah (pupuk padat dan cair, gas methan, bata dan blok beton) dapat digunakan untuk pertanian, energi, dan bahan konstruksi (di Bagian Hilir).
Dengan kata lain, PSBL merupakan suatu usaha saling terkait atau suatu siklus usaha antara usaha hulu dan usaha hilir. Hasil pengolahan PSBL dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan di bidang pertanian, peternakan, konstruksi, dan obyek pariwisata di daerah setempat dan wilayah sekitarnya.
9
Bab III Penutup
Kesimpulan
Sudah saatnya teknologi PSBL dengan menggunakan prinsip 4‐M (murah, mudah, manfaat, dan masal), diterapkan untuk kota besar dan sekitarnya. PSBL selain memiliki biaya investasi dan operasionalnya relatif murah, juga memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :
1.
Pengolahan sampah tanpa sisa, mulai pengumpulan dan pengangkutan hingga pengolahan sampah menjadi barang bermanfaat untuk masyarakat sekitar.
2.
Peningkatan motivasi segenap lapisan masyarakat untuk peduli terhadap sampah, serta menjaga lingkungan dan seluruh kota agar selalu tertata rapi dan asri.
3.
Instalasi layak dibangun di kota, sebab PSBL aman bagi kesehatan dan lingkungan.
4.
Pemerintah Daerah dapat memperluas dan mengembangkan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
5.
Pemerintah Daerah berpeluang untuk mengembangkan produk unggulan daerah.
6.
Pemerintah Daerah bersama dengan masyarakat saling bekerjasama, dalam mempercantik kota dan membuat lingkungan kota menjadi indah dan nyaman.
Saran
Tidak ada lagi alasan bagi kita untuk tidak peduli pada pengelolaan sampah, khususnya bagi para pemimpin kota / daerah untuk membersihkan daerahnya dari masalah sampah dan menyelamatkan seluruh warganya.
Kemajuan teknologi dan penerapan aplikasinya secara tepat dan sederhana telah berhasil dirancang dan diciptakan. Jadi sampah bukanlah menjadi momok bagi kita semua, tetapi kita telah dapat melihat nya dari sisi pandang yang lain yaitu sampah merupakan sumber tenaga baru dan mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Dengan berbagai produk yang dapat dihasilkan, maka berbagai alternatif pengolahan sebelumnya (seperti pembuatan kompos saja, pembakaran, penimbunan) tentunya dapat dipertimbangkan kembali. 10
11
Daftar Pustaka
http://www.pedulisampah.org
http://www.walhi.or.id

Senin, 01 Juni 2009

BENARKAH MASANGIN DI ALKID MENGANDUNG MISTIS?

TUGAS MOTORIK

MASANGIN

DISUSUN OLEH :

1. TURUS ANGGORO FEBRIANTO

2. ALI NASRUN

3. WAHYU PANUNTUN

4. ANGESTI

5. TEGUH

6. M. TOFAN

7. YULIDA

8. ARI JOKO

PGSD DII KELAS E PENDIDIKAN JASMANI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TAHUN 2009

PENDAHULUAN

Asalamualaikum wr.wb

puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan laporan hasil observasi di lapangan. Dalam pembahasan atau observasi yang kami lakukan menyangkut dengan mitos adanya kekuatan gaib di alun-alun kidul. Disana terdapat kegiatan atau ritual yang mengganggap siapa yang bisa melewati dua beringin dengan mata tertutup maka apa yang diinginkannya terkabul. Dan jarang orang yang bisa melewati dua beringin itu dengan mata tertutup. Maka dengan adannya mitos seperti itu kami mencoba untuk membuktikan apakah benar dan apa sebab keberhasilan untuk melewati dua beringin itu tadi kok dianggap sulit.

Maka dengan observasi yang kami lakukan serta kami praktekkan. Kami banyak mendapat suatu perntanyaan yang perlu dipecahkan secara logis. Dengan jalan kami buktikan antara percobaan di alun-alun kidul dengan di tempat lain dengan jarak dan ukuran yang sama serta kondisi lingkungan yang sama. Ternyata hal tersebut dapat dibuktikkan secara ilmiah dan tidak lagi terpengaruh adannya mitos. Untuk lebih jelasnnya lagi akan dijelaskan dalam hasil laporan kami.

PEMBAHASAN

MASANGIN

I. Dilakukan di alun-alun kidul pukul enam tigapuluh sore. Adapun panajang jarak setart mulai berjalan dengan mata tertutup adalah 61,5 meter,lebar antara pohon beringin : 14 meter.

Hasil percobaan atau yang melakukan masaangin :

NO

NAMA

PRAKTEK

PERTAMA

KEDUA

KETIGA

berhasil

gagal

berhasil

gagal

berhasil

gagal

ALI NSARUN

WAHYU PANUNTUN

ANGESTI

TEGUH

M.TOFAN

YULIDA

TURUS

ARI JOKO

II. Dilakukan di tempat lain atau di kampus pukul enam tigapuluh sore. Adapun panajang jarak setart mulai berjalan dengan mata tertutup adalah 61,5 meter,lebar antara pohon beringin : 14 meter.

Hasil percobaan atau yang melakukan masaangin :

NO

NAMA

PRAKTEK

PERTAMA

KEDUA

KETIGA

berhasil

gagal

berhasil

gagal

berhasil

gagal

ALI NSARUN

WAHYU PANUNTUN

ANGESTI

TEGUH

M.TOFAN

YULIDA

TURUS

ARI JOKO

DASAR-DASAR OBSERVASI

Pada saat melakukan masangin atau mata tertutup menuju kesuatu arah yang harus di lewati membutuhkan suatu keseimbangan. Keseimbangan sendiri mempunyai arti. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang.

Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :

1) Sistem informasi sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.

a. Visual

Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.

b. Sistem vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.

c. Somatosensoris

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

2) Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response synergies)

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.

Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu.

3) Kekuatan otot (Muscle Strength)

Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.

Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.

Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.

4) Adaptive systems

Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.

5) Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.

KESIMPULAN

Jadi dalam kita melakukan masangin sangat dipengaruhi dengan kesimbangan tubuh. Sehingga dalam berjalan kemungkinan kita akan berbelok dan tidak lurus. Kemudian dengan pengruh gangguan visual tersebut membuat kita sulit untuk bisa melewati arah yang di tuju. Dan mitos tentang gaib itu tidak ada.

DAFTAR PUSTAKA

http://dhaenkpedro.wordpress.com/keseimbangan-balance/

LATIHAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN PERMAINAN TRADISIONAL

PERMAINAN TRADISIONAL

A. LATIHAN PEMANASAN

HOK A HOK E ULO BANYU

Permainan : hoka hok e ula banyu

Artinya : ingin memiliki sesuatu yang bukan miliknya dengan cara merebut paksa

Asal-usul permainan

Permainan hok a hok e ulo banyu berasal dari desa Gunturan,Triharjo,Pandak,Bantul. Permainan ini biasanya dilakukan pada malam hari saat bulan purnama. Permainan ini dulu dilakukan oleh semua anak-anak di Desa Gunturan tanpa terkecuali,dari nak para petani hingga anak para pejabat diwaktu itu.

Alat : tidak menggunakan

Fasilitas : halaman rumah yang agak luas

Peserta :

Jumlah : tidak terbatas

Jenis kelamin : tidak membeda-bedakan jenis kelamin

Usia : Antara 10-15 tahun

Iringan Lagu : Menggunakan

Tetapi sebelum iringan lagu terlebih dahulu dilakukan percakapan seperti berikut :

  1. Nini njaluk anyu
  2. Wadahmu opo
  1. Godhong lumbo
  2. Gathel godhongmu
  1. Tambani gulo batu
  2. Lehmu jukuk ngendi

a. Babraganmu

b. Ancik-ancikmu opo

a. Watu item

b. Ghetelmu opo?

a. Carang gumantur

b. Iming-iming aku duwe anak kuning

a. Tak jaluke

b. Ora oleh

a. Tak ijoli po

b. Opo-opo ora oleh

a. Oleh ra oleh tak jaluk

Jalannya permainan

Pertama-tama dilakukan hompimpah untuk menentukan siapa yang menjdai perebut,setelah mendapatkan seorang perebut yang lain segera berbaris satu berbanjar kebelakang dan saling memegang pundak teman yang berada di barisan paling belakang. Dan anak yang berada dibariskan paling depan dimaksudkan sebagai orangtua yang harus melindungi anaknya agar tidak direbut. Permainan ini akan selesai jika perebut berhasil menangkap anak yang berasa di barisan paling belakang. Jika dalam barisan itu sampai terlepas,permainan tetap berlanjut dan barisan yang terlepas harus segera bersatu kembali.

Tanggapan masyarakat

Dimasa dulu masyarakat sangat senang dengan permainan ini ,karena permainan ini menggambarkan setiap orang tua harus bisa melindungi anaknya dari ancaman yang akan membahayakan keselamatan anaknya.

Sumber

Nama : Samiyem

Umur : 70 tahun

Alamat : Gunturan,Triharjo,Pandak,Bantul

B. LATIHAN INTI

OBAK SARUK

Alat : Kreweng (pecahan genting)

Lapangan/tempat bermain : Membuat garis ditanah (lantai) berbentuk empat persegi panjang dan dibagi 6 ruang.

Pemain : Anak putri saja,tetapi anak putrapun boleh ikut,juga boleh

campuran,banyaknya pemain dua orang anak.

Tujuan : Seperti sondah mandah

Hukuman/denda : Seperti sondah mandah

Istilah permainan :

1. “gacu” sekeping genting yang disodok(didorong) dengan ujung jari kaki

2. “engklek” Berjalan dengan satu.artinya : kaki yang satu dipegang tangan atau diangkat (ditekuk kebelakang),kemudian berjalan dengan cara meloncat-loncat

3. “Dgembu”,dipukul dengan genggaman tangan.

Peraturan bermain :

  1. Tiap pemain harus berjalan dengan engklek
  2. Gacu harus didorong (disook) dengan ujung jari kaki dalam posisi engklek
  3. Gacu yang tepat berada digaris atau diluar garis,dinyatakan mati
  4. Pemain yang dapat menyelesaikan langkah pertama sampai langkah ke-4 dikatakan punya sawah
  5. pemain lain yang melewati sawah itu harus “menyea” dengan ara “Digembu”

Cara bermain :

Gacu kedua pemain harus diletakan di ruang 1 (jangan berdempetan,supaya jangan sampai bersinggungan). Kemudian kedua pemain sut. Yang menang main lebih dulu. Misalnya : Yang menang A,akan A harus berdiri diruang bebas. Pemain lalu meju melangkahkan kaki ke ruang 1,persis di depan gacunya sendiri. Kemudian ujung jari kaki kanan “nyarug” (menyodok,mendorong) gacu itu. Kaki kiri ditekan keatas atau dipegang oleh tangan kiri. Jadi,satu kaki ditekuk satu kaki untuk mendorong. Gacu harus masuk keruang 2. Bila tepat berada di garis atau bahkan diluar ruang permainan.dinyatakan mati (diganti pemain berikutnya). Setelah gacu berada di ruang 2,pemain maju lagi dengan cara engklek dan mendorong gacu,supaya masuk keruang 3. Pemain engklek lagi dan mendorong gacu keruang4. Kemudian pemaian masuk keruang 4 dengan bebas (tanpa engklek). Lalu gacu diambil dengan tangan dan diletakan di ruang 5. Pemain engklek lagi maju keruang 5. Dan mendorong gacu keruang 6. Pemain engklek lagi maju. Mendorong gacu lagi keluar.setelah itu pemain keluar dengan bebas(tanpa engklek). Sampai disini A baru menyelesaikan “mek ji” (ambil satu). Kemudian dilanjutkan dengan “mek ro” (ambil dua). “Mek lu” (ambil tiga) dan seterusnya sampai “mek nem” (ambil enam). Dari “mekji” sampai “mek nem” ini A baru menyelesaikan 1 langkah. Permainan dilanjutkan dengan langkah kedua,yaitu dengan meletakkan gacu ditelapak tangan kanan sebelah atas (punggung ttangan),dan terus engklek maju sampai keruang 4,bebas. Pemain engklek lagi sampai keluar kembali keruang bebas. A lalu memindahkan gacu ketelapak tangan kiri sebelah atas (punggung tangan,kembali engklek sampai kembali ke ruang bebas). Sampai disini A telah menyelesaikan 2 langkah. Langkah 3,A meletakan gacu di telapak kaki kanan sebelah atas. Selesai satu putaran,A ganti meletakan gcu di telapak kaki kiri. Langkah ke 4 mengambil sawah,caranya : membelakangi lapangan melemparkan gqacu ke belakang. Tempat gacu jatuh,disitulah pemain B harus melompati sawah A. Bila sampai terinjak B harus membayar sewa,yaitu dengan “digembu”(dipukul dengan genggaman tangan.

Taktik

Tidak ada taktik permainan ini,siapa yang tangkas pasti dapat mendapat swah lebih dulu,yang berarti ,mendapat sewaan.

Catatan

Permainan ini biasa dilakukan pada siang hari,tetapi dapat pula dilakukan pada malam hari asal terang.

PENDINGINAN PENUTUP

TONG-TONG BOLONG

a. Nama permainan : Tong-tong Bolong

b. Latar belakang

- Asal-usul permainan dari Jawa khususnya jawa tengah

- Sosial ekonomi: biasanya dimainkan oleh kalangan menengah,menengah kebawah

- Ditemukan di Mojohuro,Imogiri,Bantul

c. Alat Dan Fasilitas

Tanpa menggunakan alat,tempat bisa dilapangan atau ruangan.

d. Peserta

- Jumlah : Tak terbatas

- Usia : 6 sampai 13 tahun

- jenis kelamin : Permainan biasanya dimainkan oleh anak perempuan dan laki-laki

e. Iringan

Ada iringan musik yang mengiringi ataupun lagu yang mengiringi

1. “tong-tong bolong gulu merak gulu sapi pecah ho ndhoke siji, pyah dadi selayah”

2. “ uyek-uyek ranti ono bebek pinggir kali,unine mak gogok cuit-cuit centang, serontang seranting ono maling nyolong gunting,guntinge ning pedopo,umpetno tanganmu kiwo”

3. “keduk liwet ndendeng gudel,asu manak teng gerendel,mentah mateng klebu weteng”

f. Jalannya permainan

- Tahapan permainan

1. Permainan dimulai dengan semua tangan kiri ditumpuk dengan posisi tangan menggenggam lalu ada salah satu pemain yang memimpin jalannya permainan. Setelah itu menyanyikan lagu dengan dipimpin oleh salah satu pemain dengan telunjuk jari ditaruh dan diputar-putarkan diatas tangan pemain yang ditumpuk sambil menyanyikan lagu“tong-tong bolong gulu merak gulu sapi pecah ho ndhoke siji, pyah dadi selayah” setelah syair “pyah dadi selayah” maka tangan yang menggenggam yang berada diatas tadi sudah tidak menggenggam begitu seterusnya dengan lagu yang diulang-ulang dan satu persatu tangan yang menggenggam tidak lagi menggenggam semua tangan pemain.

2. Setelah itu menanyikan lagu “ uyek-uyek ranti ono bebek pinggir kali,unine mak gogok cuit-cuit centang, serontang seranting ono maling nyolong gunting,guntinge ning pedopo,umpetno tanganmu kiwo” setelah terdengar syair “cuit-cuit centang” maka pemimpin permainan mencubit tangan pemain paling atas.Pada syair “umpetno tanganmu kiwo” maka tangan kiri yang paling atas diletakan pada ketiak. Begitu seterusnya dengan lagu diulang-ulang samapi semua tangan habis.

3. Setelah semua tangan pemain disimpan lalu ada percakapan yang dipimpin oleh teman yang ditunjuk sebagai pemimpin permainan tadi dengan mengajukan pertanyaan dan teman lainya menjadi pengembala yang menjawab pertanyaan pemimpin.

“Cah-cah angon ?“tanya pemimpin, lalu pengembala menjawab “opo”. Tanganmu centang centing keno opo?.” ”cokot ula.” “ula opo?.” “ula dumung.” “Gedhe?.” “Sak lumbung bandung.” “Pakanane?.” “Sego Jagung.” “Lawuhe?.” “Iwak lutung.”

4. Lalu dengan bersama-sama maka menyanyikan lagu “keduk liwet ndendeng gudel,asu manak teng gerendel,mentah mateng klebu weteng” dan permainan sudah dianggap selesai.

Dalam permainan Ini tidak ada kalah ataupun menang.

g. Sumber

Informan

Nama : Bude Broto

Alamat : Mojohuro,Sriharjo,Imogiri,Bantul

Umur : 68 tahun ( 24-12-1941)

Free Mp3 Music Player at www.musik-live.net