Sabtu, 22 November 2008

PASANG SURUT KEHIDUPAN RENDI

Seorang pemuda berumur dua puluh tahun bernama Rendi yang meraih kebahagiaan dari hasil jerih payahnya sendiri. Dia tinggal disebuah desa yang terletak di timur pulau jawa. Di rumah yang megah bertingkat dua mempunyai sebuah mobil mewah serta kendaraan bermotor yang sangat mahal harganya. Ditambah gadis cantik yang juga setia menemaninya disaat suka maupun duka hingga memberikan dua orang anak yang cantik dan tampan. Namun dibalik sebuah kebahagiaan itu terselip sebuah kisah yang penuh dengan penderitaan bahkan banyak fitnah dan cemoohan diwaktu sedang meraih puncak kesuksesanya.

Cerita ini berawal dari sebuah pemikiran Rendi yang begitu kritis menghadapi sebuah kehidupan sewaktu dia lulus SMA. Dia mulai memandang masa depan yang begitu sulit untuk diraihnya. Walaupun begitu sulit untuk menggapai sebuah impiannya, Rendi tetap berusaha mati-matian untuk meraih cita-citanya sebagai pengusaha. Setiap pagi dia main ketempat penjual koran,yah sekedar baca koran mungkin saja ada lowongan pekerjaan sebagai batu loncatan untuk mencapai yang dia inginkan. Ternyata apa yang dilakukan Rendi membuahkan hasil,di koran terpampang sebuah tulisan yang brisi sebuah lowongan pekerjaan di Jakarta sebagai pelayan di sebuah swalayan besar. Kebetulan Rendi memenuhi syarat untuk menjadi pelayan tersebut sebab tinggi badan,ijasah,berat badan serta penampilan Rendi memenuhi persyaratan. Tanpa basa-basi Rendi yang berasal dari keluarga yang tidak mampu,tinggal dengan kedua orangtua serta satu adik perempuanya segera bergegas menyiapkan surat lamaran pekerjaan,ijasah,surat kelakuan baik,akte kelahiran. Dengan muka gembira dia memohon ijin kedua orangtua untuk melamar pekerjaan. Kedua orangtua Rendi mengijinkan Rendi dan juga mendoakan rendi semoga diterima kerja.

Setelah meminta ijin,dengan sepeda onthel yang penuh warna kuning Rendi berangkat kekantor pos untuk mengantarkan surat lamaranya. Sesampainya disana dia beli perangko kilat supaya surat lamarannya sampai tujuan. Surat lamaran yang berprangko kilat itu sudah Redni berikan kepetugas kantor pos dan rendipun pulang penuh harapan agar lamaranya bisa diterima. Di tengah perjalanan menuju rumah Rendi bertemu gadis cantik bernama Rika yang kebetulan dia juga teman sewaktu masih duduk di bangku SMA. Rendipun berhenti menghampiri Rika yang ternyata sedang menunggu bus mau pulang. Rendi menwari Rika untuk diboncengkan namun Rika menolak sebab dia takut kena penyakit gatal bila membonceng Rendi dengan sepeda bututnya.

Selang seminggu kemudian ada surat dari kantor Pos untuk Rendi,begitu surat itu Rendi buka berisi pemberitahuan bahwa Rendi telah diterima kerja dan minggu depan Rendi harus berangkat ke Jakarta. Hati Rendi sangatlah senang begitu membaca surat tersebut hingga dia berteriak,”Bapak,Simbok awakku ketompo kerjo”begitu teriak Rendi memberitahu orangtuanya dengan logat jawa yang terasa kental. Orangtua Rendi menanggapinya dengan senyuman,lalu terjadilah perundingan antara Rendi dan orangtuanya sebab ke Jakarta juga butuh biaya. Rendi mulai bingung dengan keadaannya,namun dalam kebingungannya kedua matanya melihat sebuah sepeda butut yang paling tidak bisa dijual untuk modal ke Jakarta. Akhirnnya dia menjual sepedanya yang ternyata laku dengan harga lima ratus ribu rupiah,dengan uang itu sangatlah cukup untuk ke Jakarta.

Setelah beberapa tahun kerja di jakarta Rendi mulai berpikir untuk pulang membuat sebuah wirausaha yang bergerak dibidang kesenian yang pada waktu itu rendi juga punya banyak kenalan di bidang tersebut. Bahkan ada salah satu temannya yang mau menyalurkan hasil karya seninya. Rendi mulai mencoba membuat karya seni dari gerabah yang dulu pernah dia pelajari sewaktu di SMA ditunjang lagi dia juga sering belajar ditempat temannya yang berada di Bandung sewaktu hari libur kerja. Tak berselang lama rendi mulai mengawali kariernya tersebut orderan mulai banyak bahkan rendi mulai menambah pekerja. Hingga tanpa diduga sudah seratus orang pekerja yang bekerja dengannya. Pekerjaan tersebut dia lakukan di rumahnya sendiri yang sekarang dia sulap menjadi pabrik,bahkan orangtuanya dibuatkan rumah sendiri. Rika yang dulunya ndak mau diboncengkan sekarang menjadi mau dijadikan Istri Rendi.Tapi Rendi tiada sadar bahwa dengan beristrikan Rika adalah awal dari kehancuran sebuah usaha yang dilakukan oleh rendi. Perlahan tapi pasti Rika mulai menggerogoti kekayaan Rendi. Dengan sandiwara dia tetap ikut Rendi saat usahanya bangkrut,Rika mencari celah kapan supaya bisa cerai dengan Rendi. Begitulah kehidupan seorang Rendi yang menjadikan sebuah cita-citanya hancur karena sebuah kecantikan yang membutakan sehingga dia tiada tahu didalam kecantikan tersebut belum tentu ada kebaikan didalamnya. Dan dia juga kurang memperhatikan bahwa suatu usaha itu juga perlu adanya suatu spekulasi dimana saat akan terjadi kebangkrutan sudah ada planing-planing berikutnya.

LIDAH

Tiada tulang menjilat semaunya

Kadang bertentangan dengan jiwa

Membuat kebencian bahkan menyatukan

beragam umat beragama

Begitu juga saat menyatakan cinta

Kadang penuh jujur hingga kebohongan

Bersandiwara

Tiada tulang mejilat disembarang tempat

Walau terdengar hanya seasaat

Namun bisa selamanya hati sakit terjilat

Bak tergores tato permanen yang sulit hilang

Melekat mengakar di hati dengan tenang

Tiada tulang menjilat meraih simpati

Mengulurkan sejenak lidah membuat tertarik

Membuat semua orang melirik

Biarpun sekedar cerita tiada nyata

Tiada tulang menjilat apa pun jua

Menggeliat remukan tulang-tulang

Menentang menantang kenyataan

Berlidahlah yang sesuai dengan nurani dan jiwa

DI BUKIT ADA BATIK

Di sebuah desa yang terkenal dengan kesenian batiknya terdapat sebuah bukit yang indah nan hijau dipandang. Terdapat sebuah keluarga yang sangat harmonis disana. Dengan rumah yang beratapkan rumbia berlantaikan marmer serta dinding yang terbuat dari anyaman bambu yang sangat rapi dan menarik menjadi hunian keluarga Pak Rejo dan Ibu Rejo yang mempunyai anak bernama Rekso dan Karso. Keluarga tersebut hidup dibukit yang indah,mengandalkan mata pencahariannya dengan membatik. Rekso yang mempunyai perawakan besar kekar berambut ikal,mempunyai warna kulit sawo matang,serta wajah yang agak menyeramkan dia bertugas mencarikan kayu bakar di hutan yang digunakan untuk memasak bahkan dijual di desa-desa. Sedangkan Karso yang mempunyai badan kurus dan tinggi dengan rambut gimbal warna kulit hitam berwajah lucu dan menarik,sebab sewaktu dia senyum yang kelihatan terang hanya giginya. Dia sangat senang membuat motif batik dan sering membantu ibunya membatik. Sedangkan ayahnya yang gendut berambut ikal mempunyai warna kulit hitam kelam itu membuat pola baju untuk dijahit dari hasil kain batikan istri dan anaknya. Namun dalam hal menjahit Pak Rejo mengandalkan jarum jahit dan benang. Dia tidak menggunakan mesin jahit sebab dia lebih mantap seperti itu. ditambah ketenangan batin yang dimiliki pak Rejo yang juga sering melakukan maditasi setiap malam dibukit dengan tujuan mendekatkan diri kepada sang pencipta alam serta mencari ketenangan dalam membuat pola pakaian.

Keluarga tersebut sangatlah unik dan memberikan inspirasi warga dibawah bukit. Keluarga pak Rejo yang berada diatas bukit itu sering mendapat kunjungan dari turis asing yang ingin membeli baju batik karya pak Rejo yang ternyata bisa laku mahal. Itulah yang menjadikan inspirasi warga sehingga banyak juga warga yang berdatangan kesitu untuk minta diajarin membatik. Sejak itu karso,Rekso yang dulunya dijauhi wanita sekarang jadi sangat dekat dengan perawan kampung dibawah bukit. Ada yang meminta Karso mengajari batik ada pula yang menyuruh Rekso membawakan pakaian cucian dari sungai. Sedangkan Pak Rejo dan Ibu yang dulunya dikucilkan warga sekarang bisa diterima oleh warga bawah bukit. Keluarga pak Rejo dahulunya dikucilkan karena difitnah telah membuat resah warga dengan mencuri jemuran warga yang dijadikan bahan kain untuk membatik padahal yang menyebar fitnah tersebut pelakunya. Itu terungkap setelah keluarga pak Rejo pindah ke bukit dan berkarya disana.

Semenjak para warga sering kerumah pak Rejo dan banyak turis asing berdatangan kesitu rumah pak rekso tetap saja seperti itu. dan itu yang membuat para turis senang berkunjung kesana. Hingga suatu waktu ada rombongan turis memberikan sumbangan berupa pembangunan rumah produksi batik disamping rumah pak Rejo yang menarik tenaga kerja dari warga kampung bawah bukit. Turis tersebut selalu membeli hasil karya batik tersebut untuk dijual di negaranya. Pak rejo juga sering diajak para turis berkunjung ke negaranya untuk pameran batik jahit tangan Pak Rejo. Yah disitulah suatu batik dari pegunungan yang menjadi terkenal berasal dari bukit yang menjadikan sebuah desa yang indentik dengan kesenian batiknya.

aku yang hidup disebuah desa yang memang penuh dengan keindahan di Yogyakarta yang tepatnya terletak di kecmatan Imogiri,Desa Sriharjo dan Dusun Mojohuro. Aku lahi 17 Februari 1987 di Bantul. aku punya satu kakak dan satu adik,kakaku bernama Kurniasih Mei pratiwi yang sekarang sudah menikah dengan Bashorudin(pak Dukuh miri) membuahkan hasil dua anak yang besar Perempuan bernama Aribahyummna Mumtazah dan yang kecil Muhammad Sqif Muzaki. Adikku perempuan yang ngeyel dan suka menentang bernama Rossi. Bapakku yang penuh tanggung jawab dan disipilin itu bernama Sumarbeyanto yang bekrja di SD Sriharjo yang dulunya bernama Sd Tunggalan III sebagai penjaga sekolah. Ibuku yang bekerja sebagai tukang bersih-bersih di Puskesmas imogiri II bernama Sitii Umayah Yang udah tiga puluh tahun Belum diangkat menjadi PNS. Sekarang aku Kuliah di Uny Jurusan Olahraga diploma II. Dengan Blog Ini saya ingin berbagi cerita tentang derita yang sedang aku alami dan keceriaan yang ingin kubagi. aku mencoba membuat tulisan yang menggambarkan kehidupanku dan juga keluargaku. aku berharap biarpun aku orang desa dan bercita-cita menjadi guru Penjaskes di Sd aku ingin benar-benar menjadi guru yang bisa mendidik dan membimbing serta menghantarkan anak didik kearah yang lebih baik.
Free Mp3 Music Player at www.musik-live.net